Edisi 1904
- Seorang pemuda muslim haruslah memiliki cita-cita yang besar, baik bagi dirinya sendiri maupun masyarakatnya
- Nabi menjadikan temansebagai patokan terhadap baik dan buruknya seseorang
- Seorang pemuda muslim harus terbiasamerencanakan (mempersiapkan) dengan baik setiap aktivitasnya, apalagi berkaitan dengan kehidupan akhirat kelak
- Jangan malu untuk menimba ilmu(terutama ilmu agama)
- Jadilahpribadi yang memberikan manfaat pada orang lain
“Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat)”
(Q.S. Al Hasyr: 18)
—
Pemuda, tulang punggung umat, bangsa dan Negara. Ialah generasi yang akan meneruskan kepemimpinan bangsa. Sering ada ungkapan, “Kalau mau melihat bagaimana suatu bangsa 20 tahun lagi, lihat bagaimana pemudanya hari ini”. Kalau berhasil mendidik pemuda hari ini, maka masa depan suatu bangsa pun akan cerah. Sebaliknya, bila pemuda tidak terdidik dengan baik, siap-siaplah terlibas oleh arus deras dari luar.
Al Qur’an pun banyak menceritakan bagaimana kiprah pemuda dalam perjuangannya. Allah Ta’ala berfirman tentang para pemuda Ashabul Kahfi (yang artinya), “Sesungguhnya mereka adalah pemuda-pemuda yang beriman kepada Rabb mereka, dan Kami tambah pula untuk mereka petunjuk” (Q.S. Al Kahfi: 13)
Karakter pemuda hebat
Mendidik seorang pemuda bagaikan mengukir di atas batu. Mendidik seorang yang sudah tua bagai mengukir di atas air. Begitu kata pepatah. Maka, membiasakan kebaikan pada pemuda adalah satu hal yang penting, sehingga kebaikan tersebut akan terus terukir padanya sampai hari tua, sampai kelak dia menjadi pemimpin bangsa.
Beberapa sifat positif yang perlu ditanam tersebut adalah:
- Bercita-Cita Yang Besar
Seorang pemuda muslim haruslah memiliki cita-cita yang besar, baik bagi dirinya sendiri maupun masyarakatnya. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam telah mengajarkan kepada kita agar kita memiliki cita-cita yang tinggi. Beliau pernah bersabda, “Jika kalian meminta surga kepada Allah, mintalah surga Firdaus. Ia adalah surga yang paling tengah dan paling tinggi” (H.R. Bukhari).
Lihat bagaimana beliau mengajarkan setiap muslim untuk bercita-cita yang amat tinggi, surga Firdaus, surga yang tertinggi. Orang sering mengatakan, kalau bercita-cita besar saja tak berani, apalagi bertindak besar. Sebesar-besar cita-cita bagi setiap pribadi pemuda adalah bagaimana dia menjadi penduduk surga yang tertinggi. Dan cita-cita terbesar untuk masyarakatnya adalah bagaimana agar dia bisa membawa masyarakatnya bersama-sama menjadi penghuni surga Firdaus tersebut.
- Cari Teman dan Lingkungan Yang Baik
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menjadikan teman sebagai patokan terhadap baik dan buruknya agama seseorang. Oleh sebab itu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam memerintahkan kepada kita agar memilih teman dalam bergaul. Dalam sebuah hadits Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
“Agama Seseorang sangat dipengaruhi oleh agama teman dekatnya. Hendaklah kalian melihat siapakah yang akan dia jadikan sebagai teman dekatnya.” (H.R. Abu Daud dan Tirmidzi, dishahihkan oleh Syaikh Al Albani dalam Silsilah Ash-Shahihah, no. 927)
Lingkungan juga berpengaruh sangat besar pada pertumbuhan seorang pemuda muslim, setelah taufik dari Allah. Ibarat sebuah bibit yang ditanam dalam tanah yang subur, disiram air yang jernih dan mendapatkan udara yang bersih serta hangatnya sinar mentari yang cukup, tentunya bibit akan diharapkan tumbuh dengan baik. Begitulah permisalan pemuda muslim yang hidup dalam lingkungan yang baik.
Dalam sebuah hadits yang menceritakan kisah seorang lelaki yang telah membunuh 100 orang, kemudian dia mengadu kepada seorang alim untuk bertaubat, maka sang alim pun memberi petunjuk padanya untuk hijrah, “Pergilah ke kampung itu, dan beribadahlah kepada Allah di sana bersama dengan orang-orang yang beribadah. Dan jangan kau kembali ke kampungmu, sesungguhnya kampung tersebut merupakan lingkungan yang buruk.” (H.R. Muslim).
- Buatlah Perencanaan Yang Baik
Seorang pemuda muslim harus terbiasa merencanakan dan mempersiapkan dengan persiapan yang terbaik untuk setiap aktivitasnya, apalagi yang berkaitan dengan kehidupannya di akhirat. Allah Ta’ala berfirman (yang artinya), “Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat)” (Q.S. Al Hasyr: 18). Orang mengatakan, “Kalau Anda gagal membuat perencanaan, Anda sedang merencanakan kegagalan”.
- Timbalah Ilmu Dari Yang Mengetahui
Jangan malu untuk menimba ilmu (terutama ilmu agama), kepada yang berpengalaman, kepada yang lebih tua, atau bahkan kepada yang lebih muda. Lihat bagaimana Nabi Musa ‘alaihis salam tak malu untuk menuntut ilmu kepada Nabi Khidr ‘alaihis salam, yang kisahnya bisa kita lihat di dalam surat Al Kahfi ayat 66-70.
Dari mereka yang lebih berilmu, dari mereka yang lebih berpengalaman, kita bisa mencari saran apakah rencana kita tersebut sudah baik atau belum. Kita bisa mencari solusi perbaikan dari rencana kita tersebut, dan tentunya kita bisa belajar lebih banyak.
- Disiplinkan Diri
Setelah merencanakan suatu hal dengan baik, seorang pemuda harus merencanakan programnya dengan baik pula. Di sinilah diperlukan kedisiplinan waktu dalam beramal. Allah Ta’ala berfirman (yang artinya), “Sesungguhnya Allah mencintai orang yang berperang di jalan Allah berbaris dalam keadaan tertib” (Q.S. Ash Shaff: 4). Dengan kedisiplinan ini pula kita bisa melihat sejauh mana baiknya rencana yang sudah kita buat sehingga apabila ada kekurangan, kita dapat memperbaikinya.
- Semangat Mengerjakan Yang Bermanfaat
Setelah merencanakan, bermusyawarah, dan mengerjakan dengan disiplin, maka kerjakanlah kebaikan tersebut dengan semangat. Sebagaimana Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam memberi petunjuk kepada kita, “Semangatlah melakukan hal yang bermanfaat untukmu, kemudian minta tolonglah kepada Allah dan janganlah Anda bersikap lemah” (H.R. Muslim). Allah pun menggambarkan bahwa orang munafik, tidak semangat dalam beribadah sebagaiamana dalam firman-Nya (yang artinya), “Jika mereka berdiri untuk solat, mereka berdiri dalam keadaan malas” (Q.S. An Nisaa: 142)
- Banyak Berdoa
Point ini seharusnya diletakkan di bagian awal hingga akhir, karena doa bukan hanya kita panjatkan setelah berbuat sesuatu, namun ketika kita mulai merencanakan, mulai bermusyawarah, mulai berbuat, sampai menunggu hasilnya. Bahkan setelah selesai mengerjakan sebuah kebaikan, kita pun perlu berdoa agar Allah menerima kebaikan tersebut. Lihatlah bagaimana Nabi Ibrahim dan Nabi Ismail ‘alahimas salam memanjaatkan doa setelah membangun Ka’bah, “Ya Allah, terimalah dari kami amalan kami, sesungguhnya Engkau Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui“ (Q.S. Al Baqarah: 127)
Penulis : Amrullah Akadhinta, S.T. (Alumnus Ma’had Al Ilmi Yogyakarta)
Murajaah : Ustaz Abu Salman, B.I.S.
Secarik Pesan
Kawan… Mustahil bila seluruh manusia di dunia menjadi ustaz atau ulama atau profesi tertentu seperti dokter, dosen, ahli teknik lainnya. Manusia diberi kelebihan masing-masing, bahkan para sahabat pun memiliki aktivitas dan profesi yang berbeda-beda. Ada yang bertani sebagaimana kebanyakan masyarakat Anshar, ada pula yang gemar berdagang seperti masyarakat Muhajirin, dan profesi lainnya yang ditemukan kala itu. Profesi dan aktivitas boleh beragam, namun prinsip utama yaitu menjadi pribadi yang memberikan manfaat pada orang lain, sebagaimana sabda Rasulullah shallallahu ‘alahi wa sallam,
“Sebaik-baik orang adalah yang paling bermanfaat bagi orang lain” (H.R. Ahmad).
Namun demikian bila sudah mencapai suksesnya, jangan sesekali cepat merasa puas dalam berkarya. Jadilah pemuda yang selalu berinovasi dan terus berkarya menghasilkan sesuatu yang bermanfaat bagi umat. Inilah salah satu hikmah dari firman Allah Ta’ala,
“Maka apabila kamu telah selesai (dari suatu urusan), kerjakanlah dengan sungguh-sungguh (urusan) yang lain dan hanya kepada Rabb-mu kamu berharap” (Q.S. Al Insyirah: 7-8).
Dikutip dari https://muslimah.or.id/13944-pemuda-kau-muda-kau-beda.html
Dengan diringkas dan sedikit perubahan.